Hasil Uji Sampel Keluar, 27 Warga Gunungkidul Positif Antraks

0
92
Dijual Rumah

Yogyakarta, buktipers.com – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gunungkidul menyebut hasil uji sampel di daerah terpapar antraks telah keluar. Hasilnya, 27 warga Dusun Ngrejek Wetan, Desa Gombang, Kecamatan Ponjong positif antraks.

Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, Sumitro mengatakan, bahwa pada tanggal 4 Januari pihaknya menemukan 540 orang terpapar antraks. Jumlah itu terdiri dari 2 Dusun yakni, Dusun Ngrejek Wetan dan Dusun Ngrejek Kulon, Desa Gombang, Kecamatan Ponjong.

Sedangkan di Kecamatan Semanu, Dinkes menemukan 64 orang yang terpapar antraks karena mengkonsumsi daging dari sapi yang mati mendadak di Desa Gombang. Karena itu, Dinkes mengambil 65 sampel baik darah dan usap luka untuk diuji laboratorium.

“Dari yang ratusan orang itu, 87 menunjukkan gejala klinis, yang diambil darahnya 54 orang dan yang diambil swipe lukanya 11 orang,” katanya saat ditemui di Desa Logandeng, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Rabu (16/1/2020).

“Nah, hasil uji sampelnya sudah keluar dan yang positif antraks ada 27 orang. Kalau yang diambil swipe luka hasilnya negatif (antraks),” imbuh Sumitro.

Menurutnya, 27 orang itu terkena antraks yang menyerang bagian kulit. Meski diakuinya, beberapa di antaranya terkena antraks yang menyerang kulit dan pernapasan.

“Saat ini warga yang positif antraks kita berikan antibiotik profilaksis lanjutan sampai 20 hari dan untuk yang gejala kita berikan antibiotik. Selain itu, mereka yang positif kan dicek ulang darahya di BBVET (Bogor),” katanya.

Sumitro menambahkan, untuk hasil uji sampel dari 1 suspect yang meninggal beberapa waktu lalu juga telah keluar. Hasilnya, warga Desa Gombong ini bukan meninggal karena antraks.

“Hasil laboratorium sudah keluar, dia negatif antraks dan meninggal karena penyakit meningitis,” ucapnya.

Sementara itu, Kasie Kesehatan Hewan dan Kesehatan Veteriner, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul, Retno Widyastuti mengatakan, bahwa hasil uji sampel dari Desa Gombong telah keluar. Hasilnya tanah dan darah dari hewan yang mati mendadak positif antraks.

“Di Dusun Ngrejek ada sapi yang mati 3, kemudian kambing ada 7. Terus yang kita ambil sampel ada 6 untuk dimasukkan laboratorium, hasilnya 4 sample positif dan 2 sampel negatif. Semua sampel itu dari Ngrejek,” katanya.

Sedangkan hasil uji sampel di daerah lain, Retno menyebut hasilnya negatif. Menurutnya, hewan ternak yang mati mendadak di Semanu maupun Nglipar karena faktor lain.

“Kalau yang lain hasilnya negatif, yang positif tetap di Ngrejek Wetan,” katanya.

Retno menambahkan, saat ini pihaknya terus melakukan upaya pencegahan penyebaran antraks. Salah satunya dengan melakukan pembatasan lalu lintas hewan ternak.

“Saat ini dilakukan pembatasan lalu lintas hewan ternak. Tahun ini dari provinsi mulai aktifkan pos lalin ternak, 1 di bedoyo karena untuk menghadang sapi dari timur dan 1 di Sambirejo, Kecamatan Ngawen untuk menghadang dari arah utara,” katanya.

“Sementara baru 2 itu dan secepatnya segera dilaksanakan, karena tenaga kerja juga sudah siap,” imbuh Retno.

Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah (Setda) Kabupaten Gunungkidul, Azman Latif menyebut Pemkab akan membuat perbup untuk mencegah jual beli dan konsumsi hewan yang mei mendadak.

“Baru mengkaji, bagaimana kalau menerapkan gantin rugi ternak yang mati dan terbukti terkena antraks. Karena budayanya, kalau dikubur mereka eman-eman, karena itu dengan ganti rugi budaya itu semoga terkikis,” katanya.

“Karena kita sangat sadar dengan ganti rugi tidak seberapa bisa menutup aksi makan daging sapi yang mendadak,” imbuh Azman.

Menyoal kapan Perbup itu rampung, Azman mengaku bulan ini selesai.

“Yang jelas ada anggaran tak terduga dan itu bisa dimanfaatkan. Nanti akan dibuatkan Perbup supaya jelas tata kelolanya. Untuk Perbupnya tidak terlalu lama, saya kira bulan ini selesai,” katanya.

 

Sumber : detik.com