
Simalungun, buktipers.com – Konflik sekelompok masyarakat Nagori Sihaporas, dengan karyawan PT Toba Pulp Lestari (TPL), membuat beberapa orang karyawan perusahaan itu, mengalami luka-luka.
Termasuk Humas TPL Sektor Aek Nauli, Bahara Sibuae, yang mengalami patah tulang, hingga harus menjalani perawatan serius, di salah satu rumah sakit, di Kota Siantar.
Menanggapi kejadian yang terus berulang-ulang itu, Pangulu Nagori Sihaporas, Jaulahan Ambarita, mengaku sangat menyesalkan peristiwa itu dan turut prihatin atas tindakan kekerasan yang terjadi, di lahan konsesi tersebut. Kita mengutuk keras tindakan yang melawan hukum dan kita juga turut prihatin terhadap korban, apalagi yang mengalami luka-luka. Kita juga berharap, agar tindakan-tindakan seperti itu tidak terulang lagi, ungkapnya.
“Dan semoga, pihak-pihak yang berkompeten dan seluruh stakeholder, bisa mengambil sikap dan tindakan yang terukur,”harap Pangulu Sihaporas.
Jaulahan Ambarita, juga meminta pihak-pihak yang terkait agar segera memberi kepastian, terkait lahan yang selalu diklaim sekelompok masyarakat Nagori Sihaporas, sebagai tanah adat mereka.
“Kkalau memang, tanah tersebut bisa dibuktikan sekelompok masyarakat Nagori Sihaporas, sebagai tanah adat mereka, diberikan saja. Namun jika memang, bukan hak sekelompok masyarakat itu, kita minta ditindak tegas dan diberikan kepastian, sehingga kejadian yang sama tidak terulang lagi,”ucap Jaulahan Ambarita kepada buktipers.com, Selasa (17/9/2019) lalu, melalui sambungan selulernya.
Menurutnya, kericuhan kemarin yang paling parah, hingga membuat sejumlah karyawan mengalami luka-luka.
Terpisah, Humas Sektor Aek Nauli, Bahara Sibuea yang berhasil ditemui, Rabu (18/9/2019), di sebuah rumah sakit di Siantar, menjelaskan kejadian pada hari Senin yang lalu (16/9/2019).
Katanya, setelah mendapat laporan dari personil keamanan yang berjaga di Compt. B.068 dan B.081, bahwa ada kurang lebih 100 orang warga Sihaporas, melakukan penanaman jagung, di Compt. B.553, areal yang dimaksud adalah lahan konsesi yang telah selesai dipanen.
“Mendengar laporan tersebut, kami pun bersama tim mendatangi lokasi tersebut dan sesampainya di lokasi, kami melihat warga telah menanami jagung yang dilakukan oleh sekelompok oknum masyarakat, di dalam lahan konsesi. Dan kami pun mencoba melakukan upaya dialog, dan menyampaikan kepada warga, agar kegiatan penanaman jagung diberhentikan dulu dan mari kita adakan musyawarah dan dibicarakan secara baik-baik,”kata Bahara mengisahkan.
Namun masyarakat bersikeras melakukan penanaman, sembari mengeluarkan ancaman, yang membuat suasana menjadi memanas, hingga terjadi pemukulan dengan menggunakan balok kayu.
Dan akibatnya, personil keamanan PT TPL Tbk terjatuh, seperti yang ada dalam rekaman video yang beredar itu.
Kemudian, masyarakat lain mengambil cangkul dan kayu untuk memukul saya dan personil keamanan lainnya. Rekan-rekan juga bisa melihat kebenaran melalui rekaman video tersebut, ucap Bahara.
Ketika awak media memintai keterangan terkait kasus Mario Ambarita, anak di bawah umur yang katanya diduga korban penganiayaan pihak PT TPL, Bahara mengatakan”Silahkan mereka mengatakan sesuai versi mereka. Saya kira, penegak hukum punya kemampuan yang handal untuk menyelidiki kasus tersebut. Namun perlu saya katakan, bahwa kenyataan di lapangan pada saat keributan terjadi, saya tidak ada melihat anak-anak berada dekat dengan kami. Mana mungkin, kami melakukan pemukulan kepada anak-anak kecil. Yang memulai pemukulan mereka, bahkan ada seorang ibu-ibu yang ikut memukul saya, cuma saya tidak tau namanya siapa, dikarenakan pada saat keributan mereka banyak,”kata Bahara.
Namun orangtua dari bayi di bawah usia lima tahun tersebut (Mario Ambarita,red), Marudut Ambarita, yang berhasil ditemui di simpang Aek Nauli, pada Selasa (17/9/2019), dengan singkat menjawab, “Anak saya berada tepat di belakang saya, jadi anak saya pingsan, lalu saya kena tendang. Trus saya gendong anak saya, trus saya selamatkan dengan berlari,”kata Marudut Ambarita.
Salah seorang warga Desa Sihaporas, Jonny Ambarita mengatakan, “bahwa yang duluan melakukan pemukulan adalah Bahara Sibuea kepada Marudut Ambarita, namun Marudut Ambarita mengelak, sehingga anaknya yang kena”.
Mungkin, mau memukul Marudut Ambarita, dan kebutulan Mario, berada di belakang Marudut.
Rupanya Marudut mengelak, jadi si Mario yang kena, kata Jonni Ambarita saat buktipers.com menghubunginya, melalui telepon selulernya.
(Stg)