Program Asimilasi dari Rutan Kelas II B Putussibau untuk 3 Warga Binaan

0
394
Kepala Rutan Kelas II B Putussibau. Mulyoko. (Foto/Bayu)
Dijual Rumah

Buktipers.com – Kapuas Hulu (Kalbar)

Kepala Rutan Kelas II B Putussibau, Mulyoko, menerangkan adanya warga binaan Ruman Tahanan (Rutan) yang tiap hari keluar masuk Rutan setiap harinya. Hal itu dikatakannya saat ditemui wartawan, di kantor, Senin (14/1/2019).

Hal itu ditanggapinya terkait adanya isu yang beredar, di masyarakat, keluar masuknya warga binaannya yang keluar masuk, pada pagi hari dan menjelang sore hari.

“Disini memang ada tiga warga binaan yang keluar masuk rutan, tapi mereka sedang menjalani program asimilasi,”katanya.

Dirinya menjelaskan, dari ketiga warga binaan ini, sedang menjalani program asimilasi, masing – masing berbeda hukumannya. Untuk Beni, menjalini hukuman kasus illegal logging dengan hukuman 1 tahun subsider 2 bulan.

Sedangkan Nasir, dengan kasus yang sama dengan hukuman 1 tahun subsider 6 bulan. Serta Jajang, hukuman 1 tahun subsider 3 bulan, jelasnya.

”Mereka bertiga sudah menjalani hukuman. Tinggal menjalankan subsider,”tegasnya.

Ditambahkan Mulyoko, pihaknya membuat program asimilasi warga binaan, menjelang pengusulan CB. Tapi tidak semua warga binaannya ini mendapatkan program asimilasi.

”Tidak semua mendapatkan program asimilasi, yang mendapatkan program ini hanya menjalani hukuman khusus. Contohnya kasus illegal logging. Program asimilasi warga binaan, secara resmi bekerjasama dengan pihak ketiga,ujarnya.

Dikatakan Mulyoko, setiap hari dari sekitar pukul 06.30 WIB hingga sekitar pukul 17.30 WIB, mereka bertiga ini menjalankan program asimilasi di luar. Dari awal November 2018, mereka menjalani program asimilasi tersebut, tuturnya.

Menurut Mulyoko, program asimilasi ini, merupakan perintah dari pimpinan mereka, dengan tujuan supaya setiap LP atau Rutan, minimal memiliki jaringan kerjasama dengan satu perusahaan yang bisa memberdayakan Napi.

Dirinya berharap, kedepannya Rutan akan dijadikan Rutan produksi. Maksudnya setiap Napi yang mempunyai kemampuan atau yang Napi yang tidak mempunyai keterampilan bisa dibina, agar bisa menghasilkan suatu produksi.

“Contohnya warga binaannya yang wanita bekerja sama dengan Karawing galeri membuat manik – manik cinderamata khas Kapuas Hulu,”ujarnya.

Tak hanya itu, meskipun para Napi ini menjalankan program asimilasi, bukan berarti tidak ada pengawasan, justru pihaknya sudah bekerjasama dengan pihak ketiga untuk selalu melaporkan yang bersangkutan.

“Kita komunikasi terus dengan pihak ketiga, baik pulang dan perginya para Napi saat menjalankan program asimilasi tersebut,”ucapnya.

Selama menjalani proses asimilasi, kata Mulyoko, ketiga warga binaanya tidak pernah melarikan diri, semuanya mengikuti aturan yang telah ditentukan.

‘Program asimilasi ini ada prosesnya, yakni, melalui sidang Tim Pengamatan Pemasyarakatan (TPP), beritahunya. (Bayu)